Jumat, 23 Oktober 2009

Apakah Kemampuan Komunikasi memang Dibutuhkan untuk Lulusan IT? -part 2-

“Kita bisa karena biasa”, ungkapan itulah yang pada akhirnya menggambarkan kondisi kebanyakan lulusan IT. Sejak menjadi mahasiswa karena dibiasakan (atau terpaksa membiasakan diri) dengan kehidupan yang lebih banyak berkomunikasi dengan komputer, dan sedikit (atau bisa juga dibilang banyak) melupakan komunikasi dengan dunia luar sehingga menjadi bisa berkomunikasi dengan baik kepada komputer namun sebaliknya menjadi tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.

Sudah banyak kabar yang beredar bahwa lulusan IT susah berkomunikasi di dunia kerja. Sehingga lulusan IT yang sebenarnya memiliki banyak ide untuk kemajuan dunia kerja namun karena kurang bisa berkomunikasi dengan baik maka ide-ide tersebut sulit dimunculkan saat bekerja pada suatu perusahaan. Dampaknya jelas sekali yaitu sang lulusan IT dianggap tidak inovatif, hanya sebagai follower, hanya mengikuti apa yang selalu diperintahkan. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya menjadi perhatian lebih, baik itu oleh institusi pendidikan dimana sang mahasiswa IT bernaung ataupun oleh mahasiswa IT sendiri. Sehingga mereka sadar bahwa kemampuan komunikasi memang penting untuk lulusan IT, bahkan seharusnya tidak hanya lulusan IT, namun saat menjadi mahasiswa IT kemampuan komunikasi sudah dipupuk sehingga tidak akan ada istilah “nasi sudah menjadi bubur”.


Bagi sebagian manusia, termasuk lulusan IT dan juga anda, mungkin sulit untuk berkomunikasi dengan orang karena terkadang tidak sinkron saat berkomunikasi dengan orang lain. Ada ungkapan menarik yang diungkapkan oleh Purnawan EA.

“Apapun perantaranya, apakah itu kasat mata seperti gaya bicara, tutur bahasa, gerak tangan, ekspresi wajah hingga telepati, semuanya adalah alat komunikasi, atau sarana saja. Oleh karena itu harus selalu digunakan cara atau saana yang paling pas, paling cocok. Yang paling penting adalah perpindahan pikiran dari “pemancar” ke “penerima”. Tiap orang memiliki keunikan tersendiri, sehingga cara yang sama belum tentu efektif bagi orang lain. Bahkan pada orang yang sama tetapi pada situasi dan kondisi yang lain penerimaannya bisa berbeda! Pilih dan gunakan cara yang paling pas, jangan fanatik pada cara tertentu. Karena begitu uniknya manusia, seringkali cara berkomunikasi dijadikan identifikasi diri. Kita enggan mengubah cara berkomunikasi kita masing-masing karena takut kehilangan identitas diri.”

Purnawan EA – dalam bukunya, Dynamic Persuasion


Jadi anda sebenarnya tidak harus berpatok pada gaya komunikasi yang selama ini menjadi ciri anda, bila dalam menghadapi orang lain dirasa cara komunikasi anda tidak cocok, janganlah ragu untuk merubah gaya komunikasi. Jangan menunggu orang lain yang mengubah gaya komunikasinya mengikuti gaya anda. Bukankah mengontrol diri sendiri lebih mudah daripada mengontrol orang lain. Karena gaya komunikasi kita cocok dengan mereka maka mereka akan lebih merasa nyaman, pikiran/ide kita akan lebih lancar masuk ke dalam pikiran sang penerima. Inilah tujuan pokok dari komunikasi.

Dari uraian diatas yang menjelaskan cerita para tokoh IT, kondisi mahasiswa IT, dan kondisi lulusan IT di dunia kerja, dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya kekurangan yang dimiliki lulusan IT dalam hal komunikasi. Hal tersebut sebenarnya masih bisa diatasai dengan cara banyak membaca buku-buku komunikasi, ikut seminar atau workshop, dan pastinya berlatih. Berlatih, ya hal itulah yang paling penting dari sebuah keamampuan yang membutuhkan banyak praktek dalam menjalaninya. Ini seperti ungkapan yang terkenal dari novel Negeri Lima Menara (yang menceritakan impian seorang anak pondok pesantren madani yang berusaha keras bersama lima temannya dalam mewujudkan cita-cita masing-masing) yaitu “Man Jadda Wajada” yang mengandung maksud barang siapa bekerja keras maka akan mampu mencapai impiannya.

Dan bagi anda (terutama mahasiswa / lulusan IT yang menjadi bahasan utama pada tulisan ini) yang tertarik dengan cara mempelajari teknik komunikasi yang baik. Saya telah membaca beberapa buku komunikasi, dan ada satu buku yang cukup bagus mengulas cara-cara berkomunikasi yang baik (bukannya saya sedang berpromosi lhoo..) utamanya menggunakan teknik persuasi, buku tersebut yaitu Dynamic Persuasion karya Purnawan EA (sorang konselor Life Strategy dan Hypnotherapist). Di buku tersebut banyak sekali dijelaskan tentang proses komunikasi, memahami kondisi berpikir sasaran untuk menentukan strategi pendekatan, taktik pendekatan untuk memperoleh ‘ya!’, strategi mempertahankan hak anda & menangani kritik secara bijak, body language : bahasa bawah sadar, dan masih banyak lainnya. Tentunya suatu ilmu jika tidak dipraktekkan akan sia-sia, ini seperti yang diungkapkan Wiji Thukul (penyair yang dengan puisi-puisinya mampu mengkritik Orde Baru sehingga pada akhirnya dia dilenyapkan oleh oknum-oknum Orde Baru pada tahun 1997) yaitu “percuma kau baca banyak buku jika hanya diam saja”. Maka hanya ada satu kata “action!”.



Referensi

· Aksan, Hermawan. Steve Jobs-Otak dibalik Kesuksesan Apple. Bandung : 2009 . Kaifa

· EA, Purnawan. Dynamic Persuasion – Persuasi Efektif dengan Bahsa Hipnosis. Jakarta : 2002 . Gramedia Pustaka Utama

· film Pirates of the Sillicon Valley

· http://rumakom.wordpress.com/2007/08/07/komunikasi-efektif/ .

· http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi .


Apakah Kemampuan Komunikasi memang Dibutuhkan untuk Lulusan IT? -part 1-

Apa yang terbayang di benak anda saat mendengar istilah IT (Information and Technology), apakah gadget yang canggih, teknologi internet yang semakin maju, software-software dengan beraneka kemampuan, atau bahkan anda membayangkan seorang hacker yang mampu menjebol sistem keamanan negara-negara maju. Anda tentunya pasti paham siapa orang-orang dibalik pencipta teknologi IT yang semakin canggih beberapa waktu belakangan ini. Sebut saja beberapa nama orang terkaya di dunia, ada Bill Gates (pendiri Microsoft), Steve Jobs (pendiri Apple), Mark Zuckenberg (pendiri Facebook), dll. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh IT internasional dan lokal yang memiliki kisah sukses masing-masing dengan teknologi yang berhasil diusungnya.

Bill Gates dengan ilmu komputer yang dimiliki memulai bisnisnya dari sebuah garasi mobil, namun insting bisnisnya mumpuni sehingga mampu menjadikan Microsoft sebagai perusahaan raksasa di bidang IT. Begitu juga Steve Jobs sang pendiri Macintosh dengan darah seninya mampu menciptakan produk IT yang menggabungkan antara seni dan teknologi sehingga mampu menciptakan nilai lebih pada setiap produknya. Steve Jobs bahkan mendapat julukan “anak ajaib dari Sillicon Valley”, ini tidak lain karena kelihaiannya dalam menjalankan bisnis IT, dalam perjalanan hidupnya ia pernah keluar dari perusahaan yang didirikannya, mengambil alih Pixar animation studio sehingga menjadi raksasa animasi dunia (dengan film pertamanya yang fenomenal yaitu Toys Story) yang dapat mengalahkan Disney (walaupun pada akhirnya sekarang Pixar dan Disney menjalin kerjasama), hingga akhirnya ia kembali lagi ke Apple dan menaikkan lagi pamor Apple yang sempat redup beberapa waktu.


Lain lubuk lain ikannya, lain orang lain ceritanya. Begitu juga yang terjadi pada Mark Zuckenberg sang pendiri Facebook. Dengan Facebook ciptaannya (walaupun terdengar kabar ia mencuri ide pembuatan aplikasi ini dari teman kuliahnya) dia berhasil melakukan (yang menurut saya) revolusi sosial di bidang sosialisasi antar umat manusia. Walaupun telah ada situs-situs social networking sejenis yang telah ada sebelumnya, namun efek yang ditimbulkan oleh Facebook ini luar biasa besarnya. Anda tentu pernah merasakannya juga efeknya, mulai dari menemukan teman lama, menemukan pasangan hidup, bahkan menjaring konsumen atau dengan kata lain menggunakan Facebook sebagai salah satu strategi marketing perusahaan anda.

Kesuksesan yang mereka (dan juga orang-orang IT lainnya) raih tentunya tidak lepas dari kemampuan bidang IT yang dimilikinya, juga kemampuan-kemampuan lain seperti bisnis, marketing, manajemen, dan komunikasi yang turut andil dalam mengantarkan mereka menuju kesuksesan. Telah banyak teori-teori dan buku-buku yang mengatakan impossible bila anda hanya mengandalkan kemampuan otak yang super dalam bidang IT untuk menghadapi kerasnya persaingan dunia. Walau kemampuan otak anda misalnya setara dengan dua kali otak Einstein namun bila tidak mampu bekerjasama, berkomunikasi dengan baik, niscaya kemampuan otak anda akan menjadi sia-sia. Intinya yaitu kemampuan dasar manusia, berkomunikasi dengan manusia lain lah yang perlu ditingkatkan guna meningkatkan kemampuan diri.

Telah banyak buku-buku yang membahas teori-teori komunikasi yang menyatakan pentingnya berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Wikipedia komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Purnawan EA dalam bukunya Dynamic Persuasion mengatakan dalam komunikasi hanya terjadi bila ada sender, sang pengirim atau pemancar, dan receiver, atau sang penerima. Dan ada beberapa elemen lagi yang mendasari adanya komunikasi. Yang pertama yaitu pesan atau message yaitu isi (maksud) yang disampaikan ke pihak lain, kedua yaitu saluran atau channel adalah media dimana pesan disampaikan kepada pihak lain. Ketiga yaitu feedback adalah tanggapan dari sang penerima pesan. Dan yang terakir adalah aturan yang disepakati pelaku komunikasi.

Setelah mengetahui definisi komunikasi sendiri, maka anda pasti menyadari betapa dalam kehidupan sehari-hari komunikasi merupakan unsur yang mendominasi hidup. Mari kita kembali lagi pada kisah ketiga tokoh IT diatas (Bill Gates, Steve Jobs, Mark Zuckenberg) yang mampu membangun kerajaan bisnisnya dengan baik. Dalam kehidupan mereka yang sebagian besar berhubungan dengan dunia IT komunikasi dilakukan dalam mengembangkan bisnisnya, mulai dari interaksi dengan client, atasan, bawahan, rekan kerja, masyarakat awam, pemegang saham perusahaan, customer, dan masih banyak lagi. Walaupun ketiganya DO (Drop Out) dari kuliahnya yang jurusan komputer atau informatika, namun tetap saja inti bisnis yang dijalani sekarang masih berada di jalur IT.

Sekarang mari kita lihat kondisi seorang masiswa jurusan IT, lihat kesehariannya, anda pasti menemukan apa yang dinamakan kegilaan online. Mahasiswa IT yang berkutat dengan tugas-tugasnya yang mau tidak mau menghabiskan banyak waktunya di depan monitor PC ataupun laptop dan kebanyakan sambil online. Walapun sebenarnya ada kegiatan lain yang mereka lakukan seperti berorganisasi, bermain game (lagi-lagi di depan monitor PC/laptop/TV), membaca buku cetak/ebook (lagi-lagi di depan monitor PC/laptop/TV), dan beberapa kegiatan lain. Ini tentunya sudah menjadi rutinitas yang mendarah daging bagi kalangan IT. Dan bisa dipastikan dampaknya yaitu kurang luwesnya mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Fakta ini bisa kita lihat sendiri saat kita bandingkan antara mahasiswa IT dengan mahasiswa jurusan sosial seperti Manajemen, Komunikasi, Akuntansi, dll ataupun dengan jurusan teknik sendiri seperti teknik Industri, Planologi, Statistika, dll.