Sabtu, 21 Februari 2009

tutorial photoshop

sebenarnya ini foto sudah jadul ya(pas SMA dulu..) tapi lagi ada waktu ya bikin tutorialnya lah..

foto aslinya seperti ini :

dan hasilnya menjadi :


untuk tutorialnya dapat didownload di bawah ini



Selasa, 03 Februari 2009

caleg-caleg di dinding

(postingan ini tidak bermaksud sebagai ajang kampanye caleg walaupun didalamnya ada beberapa poster caleg)

Mendekati hajatan akbar indonesia. Iya..benar-benar akbar.. wong menghabiskan dana Rp6,67 triliun (sumber : berita sore.com). Banyak sekali bermunculan poster-poster calon legislatif/caleg yang menghiasi tembok, tiang, dll. Jadi teringat lagu waktu kecil dulu(tentunya dengan sedikit perubahan..hehehe).

caleg-caleg di dinding
diam-diam merayap (loh..apanya yang merayap??)



Berikut ini yang menjadi perhatian saya :
  • Tak jarang pula yang menempelkan tanpa seizin yang punya tembok( maksud saya yang punya bangunan tersebut ).
  • Banyak diantaranya yang mencantumkan nama keluarganya (bapaknya, anaknya,kakeknya,dll) untuk mendongkrak popularitas. Ya kalau gak gitu kan tidak ada yang kenal.

  • Ada yang slogannya aneh-aneh.
  • Banyak pula diantaranya yang wajahnya tidak fotogenik (maaf nih..kalau difoto mbok ya tersenyum sedikit..)
  • Ada pula yang beda dari yang laen, caleg ini pake pakaian casual mencoba menabrak pakem bahwa poster caleh harus selalu pakaian formal

Yaaa.. bagaimanapun juga usaha mereka patut dihargai, maka saatnyalah bagi kita untuk memlih calon wakil kita di DPR/DPRD sana. Akhir kata "jangan pilih politisi busuk"


Senin, 22 Desember 2008

lupa

senin, 22 desember 2008

hari ini bangun pagi sudah diniatkan buat puasa(walaupun lupa sahur), gak sarapan pagi,.
dan berangkatlah ke kampus mengerjakan rutinitas yang begitu-begitu saja,

sore hari jam 3 perut terasa lapar, lalu ya makan di warung..kok tidak ingat apa-apa..malah diterusin makannya.

Hari pun menjadi maghrib dan saya pun sholat, (hmm..ndak ingat kalau waktunya buka puasa..). Akhirnya isya' pun tiba, waktu di tengah-tengah sholat perut terasa lapar, pikiran mulai melayang ingat makan di warung tadi sore, lalu ingat lagi tadi pagi belum makan, lalu ingat lagi kalau hari ini ternyata puasa..

Tak sadar kalau tadi pagi sudah niat puasa..

hwaduuuh..bagaimana menurut anda? apa puasa saya batal? atau dianggap tidak berpuasa?

Minggu, 23 November 2008

Nggak Usah Kuliah, Beli Sapi Aja!!


Tulisan ini saya ambil dari buku “Guru Goblok Ketemu Murid Goblok” hal 132-136. Yah, itung-itung buat inspirasi kita agar bisa menjadi lebih baik.


Nggak Usah Kuliah, Beli Sapi Aja!!


Kisah ini terjadi di warung kaki lima sekitar masjid kampus ITS. Selepas Solat Jumat, Pak Rohim langsung menelepon. Memang masjid kampus ITS cukup besar sehingga walaupun sama-sama berada di masjid, belum tentu bisa ketemu. Suara dari handset di seberang menginformasikan posisi di depan wudhu dan saya pun meluncur ke sana.



Begitu ketemu, acara berikutnya adalah makan di warung kaki lima tidak jauh dari tempat wudhu. Bagi saya, makan kali ini adalh nostalgia belasan tahun silam. Tempat inilah yang sering menjadi tempat cangkruk saya semasa skitf menjadi pengurus masjid Manarul Ilmi kampus ITS.

Sambil menunggu gado-gado, Pak Rohim ngobrol dengan empat mahasiswa yang kebetulan duduk di depannya. Setelah berbasa-basi bberapa saat, pertanyaan-pertanyaan finansial pun meluncur.

“Berapa kebutuhan unag kuliah dan biaya hidup sebulan?”, selidik pak Rohim. “Yaa ... sekitar Rp. 700 ribu”, jawab sang mahasiswa.

“Semua dikirim oleh orang tua?”

“Ya ... Begitulah”

“Nah .. dengan kebutuhan bulanan seperti itu, berarti dalam setahun tidak kurnag dari Rp. 8 juta digunakna untuk biaya kuliah. Bila lulus selama lima tahun maka unag Rp 40 juta akan melayag. Pertanyaan saya mewakili orang tua kalian ... kapan duit itu kaan kembali??

Walaupun tidak siap mendapatkan pertanyaan seperti itu, Pak Rohim menambah lagi kebingungan si mahasiswa.

“Mewakili orang tuamu .. coba jawab pertanyaan ini ... lebih meguntungkan mana uang sebesar Rp. 40 juta : digunakan untuk menyekolahkan kamu atau membeli sapi?” .

Saya (penulis) pun menimpali, Rp. 40 juta bisa dibelikan delapan ekor sapi betina yang tiap tahun akan beranak satu ekor. Dengan demikian dalam waktu lima tahun minimal akan ada 40 ekor anak sapi. Ditambah lima induknya, total akan ada 45 ekor sapi. Itupun tanpa menghitung bahwa anak sapipun pada sekitar satu tahun akan menjadi induk sapi yang juga beranak. Dengan demikian perhitungan 45 ekor anak sapi adalah perhitungan dengan pendekatan pesimis.

Dengan 45 ekor sapi, orang tua mahasiswa ini akan bisa hidup santai. Tiap tahun dalam kondisi normal akan menerima kelahiran 45 ekor sapi. Tiap bulan 4 ekor lebih.

Untuk keamanan, tidak usah dihitung 4 ekor. Ambil separuhnya saja yaitu 2 ekor anak sapi tiap bulan. Yang dua untk biaya-biaya dan cadangan resiko-resiko. Masuk akal kan?

Bila sekor sapi senilai Rp. 5 juta, maka tiap bulan orang tua mahasiswa akan menerima Rp. 10 juta. Pertanyaan selanjutnya .. kapan sang mahsiswa telah “merenggut” delapan induk sapi mampu mengembalikan unag dari orang tuanya sebesar Rp. 10 juta perbulan?

Mahasiswa yang kuliah di bidnag perkapalan tadi mengelak. Ia mengatakan bahwa dirinya akan mengembalikan uang sekolah bukan kepada orang tuanya. Ia akan mengembalikan kepada anaknya nanti.

Mendapatkan bantahan dari mahasiswa ini, Guru menjelaskan, “Itulah sikap mental yang menjadikan negeri ini tidak maju-maju. Ketika ditunjukkan tanggung jawab yang lebih baik, memilih mengelak dengan membuat alibi-alibi. Menyekolahkan anak adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa dianggap sebagai membayar utang kepada orang tua yang telah membayar uang kuliah kita”.

“Apakah seandainya kamu tidak dikuliahkan orang tuamu, kamu juga tidak akan mau membayar uang kuliah anak-anakmu nanti?”.

Jadi, mestinya, mahasiswa tadi tetap berkomitmen untuk mengembalikan uang orang tuanya tanpa mengurangi kewajibannya untuk menyekolahkan anak-anaknya kelak. Generasi sekarang harus lebih baik daripada generasi masa lalu. Generasi masa yang akan datang harus jauh lebih baik daripada generasi saat ini.